Saturday, October 23, 2010

buang sampah? sembarangan aja...


mungkin itu yang hinggap di kebanyakan pikiran orang kita, segala profesi, segala tingkatan, segala usia, segala gender, sama saja.

aku nggak bisa mengingatkan. bodohnya. cuma bisa emosi. cuma bisa memandangi mereka dengan pandangan merendahkan. maaf saja. atau kalo bahasa 'merendahkan' itu kelewatan, aku ganti dengan 'mengasihani'. gimana nggak? mungkin ada yang salah dengan pelajaran moral mereka waktu SD. mungkin mereka kurang beruntung tinggal di lingkungan orang nggak terpelajar atau semacamnya.

bayangin, mereka menganggap semua tanah itu tempat sampah. gapapa buang disitu, ntar juga ilang. ntar juga dibersihin petugas kebersihan. ah, yang lain juga gapapa buang sembarangan. ah, repot amat, salah pemerintah gak ngasih tempat sampah disini. waduh, buru-buru tapi ga ada tempat sampah deket. ah, aku sih orang susah, biarin aja buang sampah dimana aja.

bahkan ada yang buang sampah sembarangan di depan anak mereka sendiri.

apa yang susah sih? payah amat.

sedikit banyak belajar dari teman

pada awalnya, aku pikir semua yang kulakukan sendirian, semua petualanganku sendirian, semua itu adalah harta yang kusimpan sendiri dan menjadi emas yang nggak kubagikan sama orang lain. aku menikmati itu. itu cuma aku yang tahu. kepuasan pribadiku. hartaku. nggak mengumbar-umbar, nggak mau nyombong, nggak mau asal ngomong di depan banyak orang, nggak mau jadi congkak.

tapi akhirnya, aku mikir semua itu nggak bener. aku pingin semua tahu aku pernah kesini kesana. darah sombongku yang menyebalkan dan sangat memuakkan itu. sial. semua bermula dari pemikiran pendek tentang cerita-cerita yang nggak diceritain itu bakal jadi makanan belatung saja. dibawa ke liang lahat. nggak ada orang yang tau. sia-sia.

temanku. cewek. punya lebih banyak petualangan daripada aku. dia lebih banyak ndatengin tempat daripada aku. sendirian juga. dan semua itu (setauku) nggak dia umbar-umbar selayaknya aku yang suka asal bunyi asal congkak. seakan-akan dia nggak mau cerita kalo nggak ditanya. she's fine with that.

atau mungkin karena dia punya tempat, atau orang, tertentu buat ikut mengingat cerita-ceritanya? mungkin.

nggak tau apapun rahasianya, yang bisa kulakuin sekarang adalah belajar dari dia. lebih menghargai waktu-waktu yang kulewati sama semua diriku sendiri. dan bilang:

AKU NGGAK AKAN KALAH SAMA KAMU!! KALO KAMU ANEH, AKU BAKAL JADI LEBIH ANEH DARI KAMU!!

Monday, October 18, 2010

Sketchup, render V-ray atau Export JPG ?

selamat malam, kali ini ada satu permasalahan menarik yang bisa saya hadirkan dalam blog ini. yaitu mengenai Google Sketchup yang saat ini banyak digunakan untuk modelling 3D dan popularitasnya hampir (menurut saya) menyamai 3DSmax dari Autodesk.oke. jadi, dari modelling 3D itu, waktu mau kita bikin gambar hasil atau output nya, lebih mending mana? di render atau di export aja? jawabannya? kita lihat dulu kasus di bawah ini.

ini modelling-nya, sebuah cafe, saya print-screen
Pertama, kita lihat yang di export JPG

perlu diingat juga bahwa kita bisa mengubah kualitas JPG dengan mengubah resolusi seperti pada gambar di atas. resolusi tertinggi width-nya 9000. tapi sebenarnya, width 5000 aja udah bagus.

ini hasilnya.

keunggulannya export JPG: bayangan yang terjadi bisa diatur dan bisa sangat nge-blok atau tidak. lebih cepet (kadang2 export JPG jadi pilihan oke disaat kepepet, karena ga sempet render) dan lebih simpel. semua yang terlihat akan ikut keexport, seperti line walupun cuma satu. jadi perbedaan batas yang menggunakan line akan terasa lebih kuat. ada beberapa orang yang sangat suka export JPG dengan argumen bahwa Sketchup, literally, ya buat sketch.


ini yang dirender (V-ray)

gambarnya terlihat lebih realis. lebih niat (?). namun, tentu saja diperlukan ketelitian, juga yang pasti kesabaran kalo merender. ada banyak hal yang musti diperhatikan ketika kita ingin merender gambar. mulai dari material hingga pencahayaan dan bayangannya. maklumlah, untuk sesuatu yang bagus, prosesnya musti ga gampang. kebalikan dari export JPG yang kasar, rendering ini lebih halus. seperti menghilangkan garis2 yag tampak. jadi perbedaan batas bidang kadang bisa gak kelihatan.

Pada akhirnya, jawabannya adalah sesuai mana yang kita sukai secara pribadi dan sesuai mana yang kita perlukan. export JPG dan render punya keunggulan dan kekurangan masing-masing. namun sesuai keadaan, kita bisa memilih mana yang kita lebih baik pergunakan.

semoga bisa bermanfaat. terima kasih sudah membaca.